Minggu, 29 Agustus 2010

NASA Temukan 'Planet Alien', Kembaran Bumi?


Observatorium Kepler menemukan sistem planet mirip tata surya yang diberi nama, Kepler 9.
JUM'AT, 27 AGUSTUS 2010, 11:47 WIB
Elin Yunita Kristanti
Gambaran dua planet seukuran Saturnus mengorbit satu bintang (NASA| Daily Telegraph)
VIVAnews -- Badan antariksa Amerika Serikat (NASA)  mengumumkan temuan baru yang dihasilkan satelit Kepler,  Kamis 26 Agustus 2010.
Kepler menemukan kelompok planet alien, planet-planet yang tak pernah dilihat sebelumnya itu mengelilingi sebuah bintang -- seperti planet dalam tata surya yang mengelilingi Matahari. Temuan itu dinamakan sistem Kepler 9.

Pengamatan dari observatorium Kepler mengkonfirmasikan dua planet seukuran Saturnus mengorbit sebuah bintang -- dalam jarak sekitar 2.300 tahun cahaya dari Bumi.

Mereka juga mengungkapkan kandidat planet yang mungkin sama ukurannya dengan Bumi dalam sistem yang sama.

Mengapa kandidat? Karena keberadaannya belum terkonfirmasi.

Sampai saat ini, para astronom belum mengkonfirmasi apakah ada planet yang potensial seperti Bumi -- dalam arti bisa menopang kehidupan. Namun, analisa awal mengatakan, planet tersebut punya radius 1,5 kali Bumi.

Observasi lanjutan dari sistem planet tersebut akan membantu menjawab pertanyaan adakah kehidupan di luar Bumi.

"Kami berharap dalam beberapa hari atau minggu, kami bisa memastikannya," kata William Borucki, peneliti utama Keppler di

Pusat Penelitian Ames milik NASA, seperti dimuat laman 
Space, 26 Agustus 2010.

Untuk kali pertamanya,  analisis pengamatan Kepler juga dikombinasikan dengan waktu transit dan observasi kecepatan radial untuk memperkirakan massa planet-planet alien itu.

Dua planet terbesar dalam sistem ini yang dinamakan Kepler 9b dan Kepler 9c  -- ditemukan memiliki diameter yang hampir sama. Keduanya punya massa dan kepadatan seperti Saturnus.

Namun, dua planet tersebut terlalu dekat dengan bintang -- mirip Matahari, seperti Merkurius yang mengorbit Matahari. Dua planet itu diduga kuat tidak memiliki kehidupan karena sangat panas.

Planet Kepler adalah kelompok planet ke dua yang diumumkan minggu ini. Sebelumnya, astronom Badan Antariksa Eropa (ESO) mengumumkan penemuan 'tata surya' yang terdiri dari tujuh planet yang berjarak 127 tahun cahaya dari Bumi.
Kembaran Bumi?

Para astronot belum menemukan planet mirip Bumi dari observatorium Kepler.

Jika keberadaan planet ketiga mirip yang Bumi sudah ada konfirmasi, planet itu bisa menjadi 'planet terkecil' yang dikenal.

"Kami bisa mengatakan, dalam hal ukuran fisik, ini akan jadi yang terkecil, tapi kami belum mengetahui massanya," kata Matthew Holman, staf direktur divisi teori astrofisika di Harvard-Smithsonian Center, yang mengkonfirmasi temuan Kepper.

Keppler mengungkapkan, planet ketiga ini memiliki radius 11,5 kali Bumi dan memiliki periode orbital sekitar 1,6 hari di Bumi -- lebih pendek dari Kepler-9b dan 9c.

Para peneliti sedang meneliti apakah kandidat 'Kembaran Bumi' mengorbit di bintang yang sama dengan dua planet lain.

"Salah satu pesan dari pekerjaan ini adalah bahwa Kepler membuat kemajuan menuju tujuan untuk menemukan sistem planet yang mirip dengan tata surya kita."

Namun dalam hal kelayakan huni, sistem Kepler-9 mungkin bukan tempat yang tepat untuk mencari kehidupan.

"Planet-planet ini seperti tidak layak huni," kata Holman. Diperkirakan temperatur dua planet terbesar sangat tinggi, sekitar 740 derajat Kelvin (872 derajat Fahrenheit) dan 540 derajat Kelvin (512 derajatFahrenheit).

"Temperatur itu jauh di atas titik didih air, maka diduga kuat itu bukan planet berpenghuni. (hs)

Misteri Dark 'Energy' Alam Semesta


Para ilmuwan terus menyelidiki 'dark energy', salah satu misteri terbesar alam semesta.
SABTU, 21 AGUSTUS 2010, 04:05 WIB
Elin Yunita Kristanti
Dark matter (biru) di klaster galaksi raksas, Abell 1689 (NASA| Telegraph)
VIVAnews -- Alam semesta akan terus berkembang selamanya. Demikian disimpulkan ilmuwan NASA dalam sebuah studi terbaru tentang salah satu teka-teki astronomi terbesar, 'dark energy' atau 'energi gelap'.

Para peneliti Badan Antariksa AS, NASA menggunakan Teleskop Hubble mengamati 
dark energy --  yang diyakini sebagai energi yang mendorong perkembangan alam semesta dalam kecepatan yang terus meningkat.

Ditemukan pada 1998, para astronom belum mendenifisikan apa kekuatan misterius itu -- kecuali bahwa kekuatan itu tak terlihat dan membuat 'bongkahan besar alam' semesta' sebesar  72 persen dari ukurannya.

Hampir seperempatnya, yakni 24 persen diyakini sebagai '
dark matter' atau 'materi gelap' yang juga misterius -- namun lebih mudah untuk dipelajari daripada 'energi gelap' karema efek gravitasinya.

Bagian yang tersisa dari alam semesta, sekitar 4 persen, dibuat dari unsur sama yang membentuk manusia, planet, bintang dan segala sesuatu yang terbuat dari atom.

Dengan menggunakan 'kaca pembesar raksasa galaksi' -- tim ilmuwan internasional yang dipimpin Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California -- menyimpulkan distribusi
dark energy berarti alam semesta tak akan pernah berhenti tumbuh, berkembang.

Temuan ini, yang akan dipublikasikan alam jurnal Science Kamis 19 Agustus 2010 -- juga menemukan pada akhirnya 
dark energy akan mati dan menjadi seolah gurun dingin.

Para ilmuwan menggunakan Hubble dan teleskop besar milik Badan Antariksa Eropa (ESO), Very Large Telescope untuk mengobservasi bagaimana cahaya dari bintang yang jauh terdistorsi di dekat gugus atau klaster galaksi yang dinamakan Abell 1689.

Galaksi-galaksi tersebut -- yang ditemukan di konstelasi Virgo adalah salah satu klaster galaksi terbesar yang dikenal dalam ilmu pengetahuan.

Karena massanya yang besar, ilmuwan mengatakan itu 'seakan adalah sebuah kaca pembesar kosmik' yang menyebabkan cahaya membelok di sekitarnya.

"Kami harus mengamati semua sisi dari 
dark energy," kata Profesor Eric Jullo dari JPL, yang memimpin penelitian.

"Sangat penting untuk memiliki beberapa metode, dan sekarang kami mendapatkan yang baru, yang  sangat kuat."

"Yang saya suka tentang metode baru kami adalah bahwa ini sangat visual.  Anda secara harfiah bisa  melihat  gravitasi dan 
dark energy menikung di tampilan  latar belakang galaksi, ke dalam busur."

Ditambahkan dia, kesimpulan penelitian ini adalah, ilmuwan bisa mengatakan untuk kali pertamanya bahwa alam semesta melakukan ekspansi yang -- akan terus menerus berlanjut dan alam semesta akan berkembang selamanya.

Sementara, Priya Natarajan, kosmolog dari Yale University, yang merupakan bagian dari tim, menambahkan, tim akan mengaplikasikan teknik ini ke lensa gravitasi yang lain. 

Bulan Kini Mulai Mengkerut


Peneliti menemukan 14 titik yang menyebabkan kerutan di kerak bulan.
JUM'AT, 20 AGUSTUS 2010, 08:46 WIB
Ismoko Widjaya
Gerhana Bulan di Malam Tahun Baru (AP Photo/Rafiq Maqbool)
VIVAnews - Bulan, yang merupakan satelit alami bumi, ternyata mengkerut.  Hasil riset terbaru menunjukkan proses itu terlihat dari berbagai retakan pada kerak bulan. Retakan-retakan yang menyebabkan bulan menyusut itu terbentuk karena proses pendinginan selama miliaran tahun.

Alhasil, diameter benda yang tampak indah dari bumi itu berkurang sekitar 328 kaki atau 100 meter. Tentu saja perubahan ukuran itu tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Diameter bulan sendiri adalah sekitar seperempat dari bumi.

Peneliti menemukan 14 titik yang diyakini telah menyebabkan kerutan di kerak bulan, dalam bentuk seperti jurang yang curam. Hal itu dijelaskan Thomas R. Watters dari Pusat Pengamatan Bumi dan Planet-Planet dari Museum Antariksa dan Udara Smithsonian, AS.
Awalnya, peneliti menemukan lereng-lereng curam itu di garis khatulistiwa bulan. Tetapi belakangan, hal itu juga ditemukan di berbagai tempat lainnya. Tebing-tebing curam itu memanjang membentuk suatu kawah kecil yang cenderung menghilang dalam kurun waktu tertentu. Ini menunjukkan lereng-lereng itu terbentuk dalam waktu yang sangat panjang.

"Temuan yang paling menakjubkan adalah bahwa kontraksi itu masih terjadi dan menunjukkan bahwa kerutan bulan terus aktif," kata Watters. (Associated Press | kd)

Kumpulan Plankton Terlihat dari Luar Angkasa


Satelit Badan Antariksa Eropa (ESA) mengabadikan foto kumpulan plankton di dekat Irlandia.
SABTU, 14 AGUSTUS 2010, 08:08 WIB
Elin Yunita Kristanti
Plankton terlihat dari angkasa (ESA| Telegraph)
VIVAnews - Meski berukuran mikroskopis, plankton bisa terlihat dari luar angkasa. Bahkan, ukurannya nyaris seluas wilayah Irlandia. Satelit Badan Antariksa Eropa atau European Space Agency (ESA) mengabadikan kumpulan plankton yang menurut para ilmuwan menyerupai sapuan kuas maestro pelukis Prancis, Claude Monet.

Gambaran elektrik plankton yang berwarna biru terekam oleh satelit yang jaraknya ratusan kilometer di atas Bumi. Gambar tersebut diabadikan Mei lalu oleh satelit Envisat.

Algae kecil dalam plankton tampak mengeluarkan klorofil saat menyerap matahari, hingga memberi warna laut dan memungkinkan terlihat dari luar angkasa. Kumpulan plankton itu akan menarik binatang-binatang laut.
Para ahli mengatakan plankton memegang peranan penting dalam kesehatan di Bumi. Sebab, mereka menghilangkan karbon dioksida di atmosfer seperti halnya tetumbuhan di darat. Mereka juga punya peran vital dalam rantai makanan di laut.

Bulan lalu pemerintah Inggris memperingatkan kenaikan suhu di permukaan laut, perubahan stok ikan dan menurunnya penangkaran burung laut sebagai akibat dari perubahan iklim.
Menurut laporan tahunan yang ditujukan bagi pemerintah oleh hampir 100 ilmuwan dari 40 organisasi Inggris terkemuka, ikan, termasuk plankton, bergerak menjauh ke utara, antara 50 km sampai 400 km selama 30 tahun terakhir. Penelitian menunjukkan, jumlah fitoplankton di lapisan atas laut telah menurun tajam selama abad terakhir. Para ilmuwan yang menulis dalam jurnal Nature bulan lalu juga mengatakan penurunan itu diduga kuat terkait dengan peningkatan suhu air laut.

Temuan Megabintang Ancam Teori Black Hole


Tak semua bintang di atas 25 kali massa Matahari akan menghasilkan lubang hitam.
KAMIS, 19 AGUSTUS 2010, 12:52 WIB
Elin Yunita Kristanti
Gambaran magnetar yang berisi ratusan bintang (ESO| Telegraph)
VIVAnews - Sebuah bintang neutron yang memiliki medan magnet yang kuat mengancam teori evolusi bintang dan kelahiran lubang hitam (black hole).

Magnetar ini terletak di klaster bintang-bintang, Westerlund 1 yang jaraknya 16.000 tahun cahaya dari Bumi, tepatnya di rasi Ara, Altar.

Westerlund 1 ditemukan pada tahun 1961 oleh astronom Swedia. Westerlund 1 adalah salah satu klaster bintang terbesar di galaksi Bima Sakti -- terdiri dari ratusan bintang yang sangat besar -- di antaranya bersinar dengan kecemerlangan hampir sejuta kali Matahari. Beberapa bintang bahkan berukuran 2.000 kali diameter Sang Surya.

Dalam standar alam semesta, klaster ini masih berusia sangat muda. Bintang-bintang itu lahir dalam sebuah peristiwa tunggal, sekitar 3,5 juta hingga 5 juta tahun lalu.

Westerlund 1 adalah sisa-sisa beberapa magnetar galaksi -- jenis tertentu dari bintang neutron yang terbentuk dari ledakan supernova -- yang dapat menggunakan sejuta medan magnet, miliaran kali lebih kuat daripada Bumi.

Bintang Westerlund yang akhirnya menjadi magnetar tentunya memiliki setidaknya 40 kali massa Matahari. Demikian menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal
 Astronomy and Astrophysics.

Sejumlah pertanyaan lantas muncul. Asumsi utama yang berkembang adalah bahwa bintang di antara 10 dan 25 massa Matahari akan membentuk bintang neutron.

Sementara, bintang di atas 25 kali massa Matahari akan menghasilkan lubang hitam (
black hole) -- monster gravitasi yang terbentuk saat sebuah bintang sekarat, lalu kolaps ke dalam dirinya sendiri.

Menurut asumsi itu, induk magnetar seharusnya telah menjadi lubang hitam -- karena ukurannya yang besar. 

Namun menurut ilmuwan, ada alternatif lain. Bahwa bintang 'meramping' ke massa yang lebih rendah, memungkinkan dia menjadi bintang neutron.

Bagaimana itu terjadi? Jawabannya, kata laporan itu, terletak dalam dalam 
binary system: bintang yang menjadi magnetar lahir beserta pendamping bintang yang lain.

Saat berkembang, keduanya mulai berinteraksi, seperti kembaran yang jahat -- bintang pendamping itu mencuri massa dari leluhurnya. Hingga akhirnya leluhur bintang meledak menjadi supernova.

Menurut teori, pasangan ini terpisah oleh ledakan dan kedua bintang terlontar keluar dari klaster, hanya meninggalkan sisa-sisa pijar yang magnetar.

"Jika benar, ini menunjukkan bahwa sistem biner mungkin memainkan peran kunci dalam evolusi bintang," kata Simon Clark, yang memimpin tim.

Para ilmuwan  menggunakan Teleskop di Observatorium Eropa Selatan di Paranal, Chile, untuk membuat pengamatan.

Sistem biner ini bisa dikatakan sebagai "rencana diet kosmis '' untuk bintang kelas berat, yang bisa kehilangan lebih dari 95 persen dari massa awal mereka," katanya. 
(Telegraph)
• VIVAnews

Astronot yang ke Mars Terancam Tua Mendadak


Saat pulang ke Bumi, kekuatan otot mereka setara dengan kakek-kakek usia 80 tahun.
KAMIS, 19 AGUSTUS 2010, 14:27 WIB
Elin Yunita Kristanti
Misi pengiriman astronot ke Mars (NASA|News.com.au)
VIVAnews -- Manusia bermimpi menjelajah luar angkasa melampaui Bulan. Bahkan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama punya target, pertengahan 2030-an, kita bisa mngirim astronot ke orbit Mars.

Mimpi Obama tidak hanya sampai di orbit, dia berharap bisa mengirim manusia pertama yang akan menginjakkan kaki di Mars.

Namun, sejumlah ilmuwan baru-baru ini mengingatkan bahwa mengirim orang ke Planet Merah bisa berbahaya. Sebab perjalanan luar angkasa dalam waktu panjang akan melelahkan fisik para astronot.  Dari berbagai kajian para ilmuwan menemukan bahwa para astronot akan kehilangan setengah dari kekuatan ototnya dalam misi ke mars itu. 

Contohnya, jika astronot yang ke Mars berusia antara 30 sampai 50 tahun, saat pulang ke Bumi, kekuatan otot mereka setara dengan kakek-kakek usia 80 tahun.  Jika sudah begitu, risiko perjalanan ke mars itu kian besar.

Tim peneliti yang dipimpin Robert Fitts, profesor biologi di  Marquette University di Milwaukee, Wisconsin, mengambil sampel jaringan dari betis sembilan astronot AS dan Rusia yang menghabiskan waktu enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Biopsi yang diambil 45 hari sebelum peluncuran dan sebelum kembali ke Bumi menunjukkan berhentinya pertumbuhan sel di area nol gravitasi.

Profesor Fitts menegaskan bahwa kehilangan massa serat dalam sel, juga kekuatannya, bisa diterjemahkan dengan penurunan lebih dari 40 persen kapasitas kerja fisik.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merancang perjalanan ke Mars dengan menggunakan teknologi roket saat ini, membutuhkan waktu tiga tahun -- termasuk masa tinggal setahun di Mars.

Jika demikian, penurunan otot-otot yang paling terkena dampak seperti betis bisa mendekati 50 persen. Saat kembali ke gravitasi Bumi, mereka akan sangat lemah, bahkan tidak mampu mengevakuasi diri saat kondisi darurat.

Laporan ini telah diterbitkan secara online dalam 
The Journal of Physiology -- versi cetaknya akan terbit bulan depan.

Kehilangan kekuatan otot telah diteliti sebelumnya dalam ilmu medis luar angkasa -- namun ini analisis pertama terkait misi dalam jangka waktu lama.

Meski demikian, Fitts mengatakan hasil dari tes ini tak seharusnya menghalangi manusia dari penjelajahan luar angkasa.  Sebab, lanjutnya, "Tanpa eksplorasi, kita akan mandeg dan gagal untuk meningkatkan pemahaman kita tentang alam semesta."

Hasil penemuan ini menunjukkan pentingnya latihan kebugaran bagi astronot -- baik di Bumi maupun saat mereka melakukan perjalanan.

Selain itu penurunan kebugaran tubuh itu,  astronot juga berisiko menderita sakit kanker sebagai akibat dari kerusakan DNA dari radiasi kosmik, hilangnya kepadatan tulang, dan tekanan mental akibat keterasingan.

Juni lalu,
 enam orang dari Eropa, Rusia dan Cina rela dikurung 520 hari untuk menjalani simulasi misi ke Mars.

Percobaan selama 520 hari itu merepresentasikan  250 hari untuk perjalanan ke Mars, 240 hari untuk kembali ke Bumi, dan 30 hari tinggal di permukaan Mars.
(News.com.au)

Badai Matahari 2012 Setara 100 Bom Hidrogen?


Badai Matahari pada 2012 atau 2013 akan jadi yang terburuk dalam 100 tahun terakhir.
KAMIS, 26 AGUSTUS 2010, 11:46 WIB
Elin Yunita Kristanti
Badai Matahari (BBC)
VIVAnews - Setelah 10 tahun 'terlelap' dalam tidur panjangnya, Matahari bangun. Bangkitnya Sang Surya membuat para astronom bersiaga penuh.

Minggu ini, beberapa media Amerika Serikat (AS) memberitakan, Badan Antariksa AS, NASA memperingatkan 'tsunami Matahari' yang menciptakan fenomena aurora -- saat suar Matahari memukul perisai Bumi awal Agustus lalu, hanya permulaan.

Itu hanya awal dari badai Matahari masif yang berpotensi merusak jaringan listrik dan satelit di seluruh planet Bumi.

NASA telah menangkis semua pemberitaan itu dengan mengatakan, hal itu bisa terjadi 'dalam waktu 100 tahun atau hanya 100 hari'. Namun astronom Australia mengatakan, komunitas ilmuwan luar angkasa bertaruh badai Matahari bisa datang lebih cepat.

Meski mengeluarkan bantahan, NASA telah mengawasi aktivitas badai di Matahari sejak 2006. Dan berita yang beredar di AS menyebut badai matahari bisa terjadi di tahun bencana yang 'diramalkan'  Hollywood -- 2012.

Kilas balik ke belakang, badai Matahari pada 1859 dan 1921 menyebabkan kekacauan, badai itu memutus jaringan telegram dalam skala yang masif. Dan, badai 2012 diduga lebih berefek negatif.

"Konsensus umum di kalangan para astronom, badai Matahari pada 2012 atau 2013 akan jadi yang terburuk dalam 100 tahun terakhir," kata dosen astronomi dan kolumnis, Dave Reneke, seperti dimuat laman 
News.com.au, 25 Agustus 2010.

Peringatan khususnya ditujukan untuk maskapai penerbangan, perusahaan telekomunikasi, dan siapapun yang tergantung pada sistem GPS modern.

"Bahkan bisa memutus rangkaian listrik dan 'memukul' satelit yang mengorbit, seperti yang terjadi tahun ini," tambah Reneke.

Namun, ilmuwan tak begitu peduli apakah badai Matahari berikutnya terburuk dalam sejarah, ataukah separah badai 1859.

Yang jadi sumber kegelisahan adalah fakta bahwa masyarakat kita sangat tergantung dengan teknologi. Meski tak ada yang bisa memprediksikan efek badai Matahari 2012-2013 dalam masyarakat digital.

Sementara itu, Dr Richard Fisher, Direktur Divisi Heliophysics NASA, mengatakan, pukulan badai super seperti 'sengatan' yang bisa menyebabkan bencana bagi kesehatan dunia, layanan darurat, bahkan keamanan nasional -- jika tak ada tindakan pencegahan yang diambil.

Dan Amerika jadi kampiun. Awal tahun ini AS menyelenggarakan latihan Boulder, Colorado, untuk memetakan apa yang mungkin terjadi jika bumi itu dipukul dengan badai seintens badai 1859 dan 1921.

NASA menyatakan, sesuai laporan National Academy of Sciences, jika badai yang sama dengan 1859 terjadi hari ini, kerugian diperkirakan sebesar $1 sampai $2 triliun. Perlu 10 tahun untuk pemulihan.

Saat badai Matahari menerjang, satelit diduga akan seperti berumur 50 tahun, GPS sama sekali tidak berguna. Dan ledakan badai Matahari diduga memiliki energi setara 100  bom hidrogen. Bom hidrogen memiliki kekuatan lebih besar lagi dari bom atom.
Sekadar diketahui, Maret 1954, AS telah mengujicoba bom hidrogen pertama bernama "Bravo" di Atol Bikini, Kepulauan Marshal, Samudera Pasifik. Bravo berkekuatan 10 megaton TNT atau kira-kira 700 kali energi bom atom Little Boy.  Alhasil, jutaan ton pasir, batu karang, tumbuhan, dan fauna laut dalam radius 20 mil beterbangan membentuk cendawan raksasa membakar langit. Tiga Atol Bikini, yakni Bokonijien, Aerokojlol, dan Nam, tidak terlihat lagi di atas permukaan air.
"Kami tahu ini datang, tetapi kita tidak tahu seberapa buruk itu akan terjadi," kata Dr Fisher kepada Reneke dalam edisi terbaru Australasian Science.
"Sistem akan terhenti. Suar Matahari akan mengubah medan magnet di bumi. Itu cepat, seperti petir. Itu efek matahari."

Di Foto Ini Bumi & Bulan Bagai Bintang Kembar


Foto yang diambil Messenger mengilustrasikan betapa kecil Bumi dibanding alam semesta.
SELASA, 24 AGUSTUS 2010, 13:41 WIB
Elin Yunita Kristanti
Bumi dan Bulan terlihat kecil dari jarak 114 juta mil (NASA|Daily Mail)
VIVAnews -- Satelit penjelajah luar angkasa milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Messenger, mengambil foto Bulan sedang mengorbit Bumi.
Foto berlatar hitam yang dipenuhi titik-titik dan noktah putih diambil dari jarak 114 juta mil dari Bumi.

Dalam foto itu terlihat Bumi dan Bulan seperti 'bintang kembar' -- di mana Bulan tentu saja lebih kecil dari Bumi.  Foto menakjubkan itu mengilustrasikan betapa kecilnya kita dibandingkan alam semesta.

Gambar luar biasa ini diambil dalam bagian misi Messenger mencari vulcanoid -- obyek batuan kecil yang diyakini para ilmuwan berada di orbit di antara Planet Merkurius dan Matahari.

Namun, meski tidak ada vulcanoid yang terdeteksi, roket Messenger berada di posisi unik untuk mencari objek kecil dan redup yang sebelumnya tak diperkirakan ada.

Messenger mencari vulcanoids saat orbit pesawat itu paling dekat dengan Matahari. Messenger mengikuti alur bagian dalam sistem tata surya, termasuk satu Bumi, Venus, dan Merkurius.

Messenger dengan  menggunakan gravitasi dari Bumi dan Venus akan  sedikit demi sedikit  mengubah orbitnya sebelum bergerak ke orbit Merkurius pada bulan Maret 2011.
(Daily Mail)
Penampakan Bumi dan Bulan dari Planet Mars











Dua Anjing Penjelajah Pertama Luar Angkasa


Belka dan Strelka jadi mahluk hidup pertama yang mengelilingi orbit Bumi dan selamat.
SELASA, 24 AGUSTUS 2010, 11:30 WIB
Elin Yunita Kristanti
'Astronot' Belka dan Strelka, mahluk hidup pertama di luar angkasa (Newscom|CSMonitor)
VIVAnews - Bukan manusia yang tenar sebagai  penjelajah luar angkasa pertama. Melainkan dua anjing Soviet, Belka dan Strelka -- 50 tahun yang lalu mereka jadi mahluk hidup pertama yang mengelilingi orbit Bumi dan kembali dengan selamat.

Pada 19 Agustus 1960, Belka dan Strelka menjalani misi yang menjadi kunci persiapan penerbangan kosmonot Yuri Gagarin -- yang jadi manusia pertama di luar angkasa sekitar setahun kemudian.

Keberhasilan Belka dan Strelka merupakan tonggak kedigdayaan Soviet dalam eksplorasi luar angkasa. Dua anjing itu mendadak jadi selebritis dunia.

Pada tahun 1960, para ilmuwan luar angkasa Soviet mendesain pesawat ulang alik yang mampu membawa manusia ke orbit, namun mereka harus menguji coba pesawat itu pada binatang. Dan banyak anjing mati selama masa uji coba.

Para ahli saat itu memilih anjing liar, dengan pertimbangan mereka lebih tahan dalam kondisi keras, dan mereka berukuran kecil sehingga bisa masuk ke kapsul yang kecil.

Anjing pertama yang mengorbit Bumi adalah Laika. Menaiki kapsul non-ulang alik, Laika tewas karena 
overheating saat peluncurannya pada 1957. Dua anjing lainnya juga jadi martir pada Juli 1960 saat roket yang mereka tumpangi meledak beberapa detik setelah diluncurkan.

Boris Chertok, insinyur top dalam program luar angkasa Soviet saat itu mengaku lega saat mendengar Belka dan Strelka menggonggong saat berada di orbit. Para insinyur menghela nafas lega, menyadari mereka dalam kondisi baik.

"Mereka melolong, menggonggong -- ini berarti mereka akan kembali."

Belka (Squirrel) dan Strelka (Little Arrow) terbang bersama sekelompok hewan lainnya, curut, tikus, lalat, dan beberapa tanaman dan jamur. Pesawat mereka mendarat dengan selamat sehari setelah membuat 17 orbit dalam waktu lebih dari 25 jam.

"Anjing-anjing ini seperti profesional," kata Vladimir Tsevetov, kata salah satu insinyur -- seperti dimmuat laman Rossiya.

Laporan resmi Soviet mengklaim anjing-anjing ini dalam kondisi baik. Namun, tak semua peserta penerbangan ini bebas masalah. Belka, misalnya, ia sangat gugup selama penerbangan.

"Dia sangat gelisah, meronta, dan mencoba menyingkirkan sabuk yang melilitnya, lalu menggonggong," kata Yazdovsky dalam catatan kesehatan antariksa Soviet.

Namun, pemeriksaan medis pasca penerbangan menunjukkan, kedua anjing dalam kondisi baik tanpa efek buruk dari penerbangan.

Strelka bahkan punya enam anak, salah satunya yang diberi nama Pushinka (Fluffy), dikirim oleh pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev untuk putri Presiden John F. Kennedy, Caroline.

Kisah heroik Belka dan Strelka akan diangkat ke layar lebar tahun ini dalam tampilan 3D. Judulnya, "Belka and Strelka: Star Dogs."